Selasa, 28 Juni 2011
PERTEMUAN S L P H T
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 04:02
Rabu, 22 Juni 2011
Perawatan Kopi.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kebijakan yang menetapkan tentang perkopian dengan cara meningkatkan mutu dan produktivitas serta memperluas areal kopi khususnya kopi Arabika.
Di Indonesia tanaman kopi sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya akan dapat ditingkatkan.
Dalam era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka dapat dihasilkan mutu produk (biji kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal tersebut perlu diperhatikan para pekebun kopi agar usaha taninya dapat berhasil baik, produksi kopinya tinggi dan pendapatan petani juga tinggi.
Pengembangan tanaman kopi Arabika di Indonesia meliputi berbagai daerah seperti Lampung, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Timor timur, Aceh dan lainnya. Di Aceh tanaman kopi Arabika banyak di temukan di daerah dataran tinggi Gayo yang di tanam pada tiga Kabupaten yaitu, Aceh Tengah dengan luas mencapai 46.000 ha, Bener Meriah dengan luas 37.000 ha dan Gayo- Lues seluas 3.000 ha (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI), 2008).
Berdasarkan data tersebut Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika dengan pengembangan yang hampir merata di seluruh kecamatan. Salah satu kecamatan pengembangan kopi Arabika tersebut adalah kecamatan Permata. Luas tanaman kopi di Kecamatan Permata mencapai 9.147,50 ha (BPS Kabupaten Bener Meriah, 2008). Namun demikian keberhasilan tanaman kopi Arabika di kecamatan tersebut masih perlu peningkatan.
Di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah, kegiatan budidaya tanaman kopi masih dilakukan secara tradisional. Selain itu masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap beberapa varitas unggul yang sesuai dan di anjurkan untuk dataran tinggi Gayo.
Ada beberapa varitas tanaman kopi Arabika saat ini umum di tanam oleh petani Gayo, yaitu Arabusta Timtim, Catimor, P 88, Borbor, S 795, Ateng super, Bergendal, Jember dan varitas lainnya (Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Gayo, 2009). Demikian juga dalam usaha pembudidayaannya terdapat beberapa faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu, teknik penyediaan sarana produksi, proses produksi atau budidaya, teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (Agroindustri), dan sistem pemasarannya (Ernawati et all., 2008). Keempat-empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan benar.
1.2. Tujuan
Tujuan dari Peraktek Lapang ini adalah untuk rnengetahui sistem pengelolaan lahan kopi Arabika di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah.
1.3. Metode
Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode survei dengan melihat secara langsung di lapangan dan mengumpulkan data dengan beberapa pendekatan yaitu:
a. Pengambilan Data Primer
Pengambilan data primer merupakan pengumpulan data berdasarkan observasi. Data diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan pada areal penanaman tanaman kopi Arabika di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah serta wawancara berupa tanya jawab dengan beberapa orang petani yang terlibat langsung dalam budidaya tanaman kopi Arabika.
b. Pengambilan Data Skunder
Data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga, instansi-instansi pemerintah yang berhubungan langsung dengan masalah serta bahan referensi atau buku-buku perpustakaan yang ada kaitannya dengan budidaya tanaman kopi Arabika.
1.4. Tempat dan Waktu
Praktek lapang ini dilaksanakan di Kecamatan Permata Kabupaten Bener Meriah yang berlangsung mulai bulan Juni sampai dengan selesai.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika
Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan. Oleh karena itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat (Ernawati et al., 2008).
2.1.1. Iklim
a. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi. Ketinggian tempat yang sesuai untuk lahan kopi Arabika adalah 1.000 sampai dengan 2.000 m dpl (PPKKI, 2008). Selain itu ketinggian tempat dapat berpengaruh terhadap suhu bagi pertumbuhan tanaman kopi. Oleh karena itu kopi Arabika sebaiknya ditanam pada ketinggian di atas 750 mdpl (Yardha dan Karim, A. 2000).
b. Suhu
Faktor suhu merupakan faktor berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi, terutama pembentukan bunga dan buah serta kepekaan terhadap serangan penyakit. Suhu diatas 35oC dan sebaliknya suhu dingin-beku akan dapat mematikan dan merusak panen tanaman kopi. Pada umunya tanaman kopi menghendaki suhu berkisar antara 15-30oC, namun dalam usaha pengembangannya perlu diperhatikan bahwa tanaman kopi Arabika menghendaki suhu harian 15-25oC dan dengan suhu di atas 25 oC akan dapat menghambat- proses fotosintesis tanaman kopi sehingga akan dapat berpengaruh pada rendahnya produktivitas tanaman (Siswoputranto, 1993).
c. Curah hujan
Curah hujan umunya akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan tanaman.Tanaman kopi Arabika tumbuh optimum di daerah dengan curah hujan 2.000-4.000 mm-1 tahun (Ernawati et all.,2008).
2.1.2. Tanah
Tanaman kopi Arabika menghendaki tanah gembur, subur, dan kaya bahan organik. Kopi Arabika dapat tumbuh baik pada tanah dengan kelerengan kurang dari 45%, kedalaman efektif lebih dari 100 cm, tekstur tanah lempung berpasir (loamy) dengan struktur lapisan atas remah (PPKKI, 2008). Selain itu PPKKI (2008), menyebutkan tanaman kopi Arabika juga menghendaki tanah dengan sifat kimia sebahgai beikut.
- Kadar bahan organik > 3,5% atau kadar C > 2%.
- Nisbah C/N 10-12.
- Kapasitas Tukar Kation (KTK) > 15 me-1100 g tanah.
- Kejenuhan Bassa > 35%.
- pH tanah 5,5-6,5. Kadar unsur hara minimum N 0,28%; P ( Bray I) 32 ppm; K tertukar 0,50 me-1100 g, Ca tertukar 5,3 me-1100 g, Mg tertukar 1 me-1100g.
2.2. Pengelolaan Lahan
2.2.1. Persiapan Lahan
Dalam mempersiapkan lahan untuk penanaman kopi Arabika langkahnya dibedakan atas riwayat asal penggunaan lahan. Menurut PPKKI (2008), lahan untuk tanaman kopi di bedakan menjadi tiga, yaitu
1. Areal hutan sekunder bekas ladang berpindah.
2. Areal kebun aneka tanaman.
3. Areal semak belukar.
Bila lahannya adalah lahan hutan sekunder bekas ladang berpindah maka persiapan yang perlu dilakukan sebagai berikut: (1) Dipastikan bahwa areal hutan sekunder dengan kepemilikan jelas. (2) Dilakukan pembongkaran pohon-pohon, tunggul beserta perakarannya. (3) Pembongkaran tanaman perdu dan pembersihan gulma. (4) Pembersihan lahan, kayu-kayu ditumpuk di satu tempat di pinggir kebung dengan tidak melakukan pembakaran. (5) Pencetakan kebun secara hektaran. (6) pembuatan jalan-jalan, jembatan berserta saluran drainase. (7) pembuatan teras-teras pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 15 %.
Areal kebun aneka tanaman disiapkan dengan cara sebagai berikut.
1. Pemberian tanda tanaman yang dipilih digunakan sebagai tanaman pelindung atau penaung. Sebagai penaung kopi dipilih jenis yang bernilai ekonomis, tajuknya mudah diatur (tahan pangkas) dan lebih baik meneruskan cahaya diffus. Jarak tanam antara 10 m x 10 m tergantung pada besarnya ukuran tajuk (habitus) tanaman. Namun pada umunya di dataran tinggi Gayo tanaman pelindung di tanam di antara barisan tanaman kopi dengan jarak tanam 6m x 6m atau 8m x 8m, sesuai jenis tanaman pelindung yang di usahakan (Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Gayo, 2009).
2. Memotong perdu dan semua tanaman yang tidak dipilih,
3. Kayu di kumpulkan di pinggir kebun serta membersihkan gulma secara manual.
Bila lahan merupakan areal semak belukar maka persiapan yang dilakukan pada prinsipnya sama dengan persiapan lahan dari hutan sekunder. Persiapan yang dilakukan antara lain dengan melakukan penumpukan sisa-sisa semak dalam barisan-barisan di dalam kebun dengan lebar lorong yang bersih dari tumpukan semak 1 m dan jarak antar lorong 4-5 m.
2.2.2. Pengolahan Tanah
Faktor fisik dan biologi lahan merupakan faktor utama yang mempengaruhi petani untuk berproduksi. Pengelolaan tanah memegang peranan penting dalam peningkatan produksi dan mempertahankan produksi pada tingkat yang optimal (Hakim et al., 1986). Pada tanaman kopi Arabika pengelolaan lahan merupakan faktor yang sangat perperan untuk menunjang peningkatan produktifitasnya, dalam hal ini antara lain adalah pengolahan tanah.
Pengolahan tanah pada lahan tanaman kopi Arabika yang terpenting adalah pada saat pembuatan lubang tanam. Pada proses pembuatan lubang tanam tanah yang di keluarkan dibiarkan pada bagian luar kiri atau kanan dan di campur dengan pupuk kandang sebanyak 15 sampai 20 kg-1lubang. Setelah dimasukkan kembali ke dalam lubang tanam dan dibiarkan selama 2 sampai 4 minggu sebelum tanam (Perpustakaan online DEPTAN, 2010).
2.2.3. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam hendaknya dilakukan dengan memperhatikan jenis kopi, keadaan lahan, kesuburan tanah dan keadaan iklim. Kopi Arabika menghendaki jarak tanam yang lebih kecil daripada jarak tanam kopi robusta (Syamsulbahri, 1996). Lubang tanam dibuat 3-6 bulan sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan membunuh bibit penyakit. Jarak tanam yang dianjurkan oleh Dirjen Perkebunan adalah 2,5 m x 2,75 m untuk kopi robusta dan 2,5 m x 2,5 m untuk kopi Arabika. Siswoputranto (1993), menyebutkan lubang tanam untuk tanaman kopi dapat dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm.
Letak lubang tanam dibuat dengan tali yang diberi tanda jarak tanam yang dikehendaki sehingga barisan lubang tanam lurus dan jaraknya teratur. Setelah letak lubang ditentukan, lalu diberi tanda berupa patok (ajir) yang terbuat dari kayu atau bambu. Ajir ini akan menjadi petunjuk letak lubang tanam (Bina UKM, 2010).
2.2.4. Pembibitan
Menurut PPKKI (2008), tahap-tahap pembibitan yang harus dilaksanakan adalah pemilihan varitas, perencanaan pembibitan, pemilihan lokasi, persiapan lahan persemaian dan pembibitan, pelaksanaan dan pemeliharaan bibit.
a. Memilih Bibit
Memilih bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman kopi. Pemilihan bibit tanaman kopi mencakup -berbagai aspek yakni, pemilihan varitas unggul yang sesuai, macam bibit, serta sumber bibit dan benih.
- Varitas unggul anjuran, Bibit yang akan ditanam harus berasal dari klon unggul yang sesuai dan di anjurkan. Berdasarkan hasil uji varitas oleh PPKKI (2008), varitas kopi Arabika anjuran yang sesuai di dataran tinggi Gayo adalah Arabusta Timtim, P 88, dan Borbor (varitas lokal), adapun identifikasi varitas tersebut seperti pada Tabel 1.
- Buah yang dipungut adalah yang masak, kemudian dipilih yang baik, tidak cacat dan yang besarnya normal. Jika biji ini tidak memenuhi syarat harus disingkirkan. Semua buah atau biji kopi yang memenuhi syarat kemudian dikerjakan sebagai berikut: (i) Biji dikelupas kulitnya, dinjak‐injak dengan kain, tetapi kulit tanduk tidak sampai lepas, (ii) Lendir yang melekat dibersihkan dengan cara dicuci atau digosok permukaannya dengan abu dapur, (iii) Setelah bersih biji dikering anginkan satu atau dua hari, tidak langsung terkena sinar matahari, melainkan kering angin, (iv) Biji‐biji yang sudah kering, selanjutnya diadakan pemilihan yang kedua kalinya. Jika biji kopi itu hampa dan bentuknya jelek, harus disortasi, tidak perlu disemai.
b. Persemaian
Tempat persemaian perlu memenuhi persyaratan, antara lain tidak mengandung nematoda dan cendawan akar, drainase tanah baik, mudah dalam penyiraman, dekat dengan tempat pembibitan sertdak terganggu dari gangguan hewan. Dalam pembuatan tempat persemaian selain pembuatan atap bedengan tanah dicangkul dengan kedalaman kira-kira mencapai 30 cm dan diberi lapisan -
Tabel 1. Identifikasi varitas kopi Arabika anjuran yang telah di budi dayakan di dataran tinggi Gayo.
Identifikasi Nama Varitas
Arabusta Timtim P 88 Borbor
Asal-usul Kopi Arabika Asal Timor leste yang telah beradaptasi di dataran tinggi Gayo. Hasil seleksi individual pada keturunan Catimor koleksi industri dari Thailand yang diuji dib alai penelitian kopi Gayo. Hasil seleksi individual pada keturunan Arabusta Timortimur yang dilakukan oleh petani/pekebun Gayo.
Tipe tajuk Berupa perdu kekar tinggi melebar dengan daun cukup rimbun Perdu katai, kompak Berupa perdu kekar, melebar dengan daun cukup rimbun.
Daun Daun tua berwarna hijau tua gelap, daun muda berwarna coklat kemerahan, bentuk oval melebar, pangkal runcing, ujung meruncing, lembar tebal agak kaku. Daun tua berwarna hijau kekuningan, daun muda berwarna coklat kehijauan, bentuk oval agak melebar berukuran besar, helaian daun tebal bergelombang dengan urat daun seperti sirip teratur. Daun tua berwarna hijau tua gelap, daun muda berwarna coklat kekuningan, bentuk oval melebar, pangkal daun runcing, ujung meruncing, helaian daun agak kaku dan tebal.
Saat awal berbunga 1,5 tahun setelah ditanam di lahan penanaman. - 1,5 tahun setelah ditanam di lapangan, berbunga beberapa kali mengikuti pola sebaran hujan sepanjang tahun.
Buah Saat muda oval membulat berwarna hijau bersih, saat tua berbentuk bulat memanjang berukuran sedang, dompolan menyerupai dompolan kopi Robusta, masak relatif serempak, berwarna merah hati, dengan kisaran 11-45 buah/ruas. Saat muda bulat besar berwarna hijau kusam buah tua membulat berukuran tidak seragam, diskus melebar, jika masak berwarna merah masak kurang serempak, dengan jumlah buah 15-20 per ruas . Saat muda oval memanjang berwarna hijau bersih, saat tua berbentuk bulat memanjang berukuran sedang, dompolan menyerupai dompolan kopi Robusta, masak tidak serempak, mengikuti pola penambungan yang terus menerus jika masak berwarna merah tua cerah.
Biji Cendrung membulat seperti Robusta. Mutu fisik baik, mutu seduhan baik. Bentuk oval agak membulat.
Ketahanan penyakit Karat daun, Hemileia vastarix (agak rentan-tahan). Agak tahan terhan terhadap nematoda parasit, agak tahan karat daun, Hemileia vastarix Karat daun, Hemileia vastarix, pada umumnya cukup tahan.
Produktivitas 900-1.500 kg/Ha untuk populasi 1.600 pohon/ha pada ketinggian >1000 m dpl. 1.000-1.500 kg/ha untuk populasi 2000 pohon/ha pada ketinggian tempat penanaman ≥ 700 m dpl. 1.000-1.500 kg/Ha untuk populasi 1.600 pohon/ha pada ketinggian >1000 m dpl.
Sumber: PPKKI (2008).
pasir setebal 5 cm. Sebelum benih kopi disemaikan perlu dulakukan penyiraman. Benih kopi ditanam dengan permukaan datar menghadap kebawah sedalam 0,5 cm dengan jarak 2,5 cm x 5 cm. Pada umur 2,3-3 bulan dipersemaian bibit harus dipindahkan kedalam tempat pembibitan (Syamsulbahri, 1996).
Pembibitan sama halnya dengan proses persiapan pada persemaian. Namun pengolahan tanah yang dilakukan dengan kedalaman sekitar 60 cm. Bibit di tanam dengan jarak 20cm x 20 cm, 25 cm x 25 cm, 20 cm x 30 cm dengan kedalaman sekitar 10 cm ( Jahmadi, 1979 dalam Syamsulbahri, 1996). Pada proses pembibitan ini bibit tanaman akan siap ditanam di lapangan setelah 6 bulan dalam pembibitan.
2.2.5. Penanaman
Setelah pohon pelindung dan lubang tanam telah siap maka tahap selanjutnya adalah penanaman. Penanaman bibit di lapangan sebaiknya dilakukan setelah 6-8 bulan umur bibit tanaman sebelum bibit tanaman membentuk cabang primer (Siswoputranto, 1993).
Penanaman bibit di lubang-lubang tanam yang telah disiapkan perlu dilakukan dengan hati-hati agar perakaran bibit tanaman tidak rusak. Untuk mencegah agar tidak terjadi genagan air di lubang tanaman, permukaan tanah tempat penanaman tanaman kopi dibuat berbentuk cembung (Siswoputranto, 1993).
Bibit kopi yang telah disiapkan harus ditanam pada lubang-lubang tanam dengan jarak 2 atau 2,5 m perlubang tanam dengan kedalaman 40 cm. Pada saat penanaman dan penutupan lubang tanam, tanah dicampur dengan pupuk organik berupa kulit kopi atau pupuk kandang (Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis, 2009).
2.2.6. Pemupukan
Pemupukan tanaman perlu dilakukan agar persediaan hara dalam tanah tetap terjamin, untuk kepentingan pertumbuhan vegetatif tanaman kopi maupun untuk pembentukan buah. Dosis pemupukan harus disesuaikan dengan keadaan kebun, kesuburan tanah maupun umur tanaman. Pemupukan tanaman kopi dapat dilakukan pada lingkar piringan pohon kopi, agar pupuk dapat diserap secara maksimal oleh akar-akar serabut tanaman kopi (Siswoputranto, 1993).
a. Dosis Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran Urea, TSP, dan KCl) masing-masing ½ dari dosis 100 gr Urea, 50 gr TSP, dan 50 gr KCl, pada saat tanaman berumur 2 tahun. Setelah tanaman berumur 3-4 tahun, tinggi tanaman mencapai 150 cm dilakukan pemangkasan 30 cm dari pucuk, bila tanah kurang subur diperpanjang pemangkasannya menjadi 40-50 cm dari pucuk (Ernawati et al., 2008).
Di dataran tinggi Gayo umumya pelaksanaan kegiatan budi daya tanaman kopi masih secara organik. Karim (2000), menyebutkan beberapa bahan baku lokal sebagai bahan organik yang potensi dimanfaatkan adalah (1) kulit kopi (5-6 t-1ha¬¬¬-1th), (2) Pangkasan rumput vertiver (10-12 t-1ha¬¬¬-1th ), (3) pangkasan lamtoro (5-8 t-1ha¬¬¬-1th), (4) sampah kebun (3-4 t-1ha¬¬¬-1th), (5) pupuk kandang (padat 8-10 t-1ha¬¬¬-1th, cair 3.000-4.000 l-1ha¬¬¬-1th bila dipelihara 2 ekor kerbau-1ha). Selain kelima bahan tersebut, untuk meningkatkan kandungan hara N dapat pula dibudidayakan Azollamyicrophilla (Karim dan Darusman, 1997a dalam Karim et al., 2000).
2.2.7. Pemeliharaan
a. Pemangkasan Kopi
Pada perkebunan kopi yang baik harus dipangkas baik tanaman pokok maupun pohon pelindung. Di Indonesia umumnya pemangkasan tanaman kopi baik kopi Arabika maupun Robusta dilakukan menggunkan sistem batang tunggal.
1. Pangkasan Bentuk
Pangkasan bentuk, bermaksud agar tanaman tersebut membentuk mahkota pohon yang dikehendaki. Tanaman tidak tumbuh begitu tinggi, maka perlu dilakukan pemangkasan pucuk, guna menghentikan pertumbuhan ke atas, dan member kesempatan cabang-cabang primer bisa memanjang, sehingga pertumbuhan bertambah luas dan melebar. Pemangkasan bentuk dapat dilakukan dengan beberapa langkah seperti berikut:
- Batang Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) atau Tanaman Menghasilkan I (TM I) yang mempunyai ketinggian ± 1 m dipenggal dan tiga cabang primer dipotong pada ketinggian 100-120 cm sebagai unit tangan “tingkat pertama”. Pemotongan cabang dilakukan pada ruas ke 2-3, dan cabang primer pasangannya dihilangkan seperti tnpak pada Gambar 1.
- Tunas yang tumbuh pada cabang primer yang telah dipotong dilakukan pemotongan ulang secara selektif (dipilih yang kokoh),
- Semua tunas air (Gayo: ceding) yang tumbuh pada batang dihilangkan agar percabangan kuat,
-
- Setelah batang “tingkat pertama” tumbuh kuat, satu tunas air yang tumbuh dibagian atas dipelihara dan 2-3 cabang plagiotrop (cabang yang tumbuh kesamping) terbawah dihilangkan. Kemudian dilakukan pembentukan calon tangan “tingkat kedua” pada ketinggian 160-180 cm dengan cara sama seperti pada tahap 1 tetapi arahnya berbeda (PPKKI, 2008).
2. Pangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan ini dilakukan dengan tujuan mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman yang diperoleh dari pangkasan bentuk yang diperoleh dengan cara menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif. Cabang-cabang tidak produktif atau cabang tua yang sudah berbuah 2-3 kali, cabang balik, cabang liar, cabang cacing, cabang terserang hama penyakit atau rusak dan tunas air. Untuk cabang berbuah 3 kali (B3) dapat dipelihara tetapi selektif. Pemotongan cabang produksi dilakukan pada ruas cabang yang telah mengeluarkan tunas dan diusahakan sedekat mungkin dengan batang.
Gambar 2. Pemangkasan Pemeliharaan. (a) sebelum dilakukan pemangkasan, (b) setelah dilakukan pemangkasan.
b. Penyiangan
Penyiangan gulma pada tanaman kopi Arabika dilakukan dengan cara membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi, Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah, untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun (Perpustakaan Online DEPTAN, 2010).
Pada perkebunan kopi Arabika di daerah Aceh terdapat beberapa jenis gulma yang dominan yakni, rumput ketulan (Bidens bitermata), lela (Oxalis latifolia), keriris (Gymnopetalum leucostictum, teteguh (Eleusine indica), pegege (Jw. Pagagan, Centella asiatica), jejingki (Drimaria cordata), teteres (Cyperus cyperiodes), nilam babi (Ageratum spp.), bayam rui (bayam duri) (Amarantus spinosus), dan rukut (Solanum nigrum).
Pengendalian gulma tersebut dapat dilakukan dengan pengendalian secara kultur teknis, mekanis dan kimiawi. Pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat seperti Para-Col, Gramoxone, Basta 150, WSC, dan roundup (PPKKI, 2008).
c. Pohon Pelindung
Pohon pelindung merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menunjang produktifitas tanaman kopi Arabika. Penanaman pohon pelindung dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi besarnya tigkat sinar matahari yang dapat mengenai tanaman kopi sehingga proses fisiologinya dapat berjalan dengan baik.
Penanaman pohon pelindung dilakukan pada saat 1-2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dan lainnya. Pengaturan pohon pelindung dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
- Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi.
- Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
- Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4 (Koprasi Usaha subur Sumatra Utara, 2010).
Bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan kopi, pengaturan pohon naungan perlu dilakukan. Pngaturan pohon naungan dapat dilakukan pemangkasan, dan pengompresan (Syamsulbahri, 1996).
2.2.8. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Hama
Menurut Ernawati et al., (2008), hama utama kopi yang dapat menurunkan produksi dan mutu kopi adalah penggerek buah kopi oleh Hypothenemus hampei Ferr. Gejala serangannya dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak), buah gugur mencapai 7-14% atau perkembangan buah menjadi tidak normal dan busuk. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut:
- Petik semua buah yang masak awal (baik pada buah yang terserang maupun tidak), biasanya dilakukan pada 15-30 hari menjelang panen raya. Untuk mencegah terbangnya hama, pada saat menampung buah digunakan kantong yang tertutup, kemudian buah direndam dalam air panas selama sekitar 5 menit.
- Lakukan lelesan, yaitu dengan mengumpulkan semua buah yang jatuh di tanah untuk menghilangkan sumber makanan bagi hama.
- Dilakukan racutan/rampasan, yaitu memetik semua buah yang telah berukuran 5mm yang masih ada di pohon sampai akhir panen (hal ini untuk memutus daur hidup hama).
- Lakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung agar kondisi lingkungan tidak terlalu gelap.
- Dapat juga dilakukan penyemprotan dengan agensia hayati, yaitu dengan pemanfaatan jamur Beauvaria bassiana dengan dosis 2,5 kg bahan padat per ha setiap kali aplikasi. Dalam satu periode panen kopi dapat dilakukan 3 kali aplikasi (Ernawati et al., 2008).
Selain hal tersebut Hindayani et al., (2002), mengemukakan bahwa hama penggerek buah kopi (PBKo) sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi. Biasanya masuk buah dengan membuat lubang kecil dari ujungnya. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara hayati dengan beberapa sistem antara lain dengan pengendalian secara hayati dan pengendalian secara mekanis.
Pengendalian secara hayati dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Petik merah (buah yang masak pertama) buah yang terserang perusak buah kopi, dikumpulkan dan diperlakukan dengan jamur Beauvaria bassiana (Bb), kemudian ditutup dengan plastik jernih. Di biarkan satu malam sehingga hama dewasa akan keluar dari buah dan terinfeksi oleh Beauvaria bassiana. Hama dewasa ini akan kelihatan di bawah plastik. Hama dewasa tersebut dilepas sehingga dapat menularkan Beauvaria bassiana kepada pasangannya di kebun.
- Pemakaian jamur Beauveria bassiana pada saat kulit tanduk sudah mengeras, kira-kira bulan Desember atau Januari.
Sedangkan pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan cara memetik buah yang tertinggal pada pohon kopi dan pungut buah yang jatuh ke tanah. Sebaiknya buah yang dikumpulkan tersebut direbus atau dipendam. Hal ini penting untuk menurunkan jumlah penggerek buah kopi (PBKo) di kebun kopi karena cara ini dapat menghilangkan makanan untuk perusak buah kopi yang akan datang atau berpindah ke kebun serta yang sudah ada di kebun. Dengan menggunakan cara ini daur hidup penggerek buah kopidapat dipotong (Hindayani et al., 2002).
b. Penyakit
Penyakit pada tanaman kopi terutama disebabkan oleh nematoda parasit Pratylencus coffeae yang dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, kurus, batang mengecil, daun tampak tua menguning dan gugur sehingga daun yang tertinggal adalah yang diujung-ujung cabang. Pada serangan berat, pucuk akan mati, bunga dan buah prematur. Jika serangan sudah terjadi dari dalam tanah, tanaman akan mudah dicabut karena akar-akar serabutnya membusuk berwarna coklat sampai hitam. Teknik pengendalian penyakit ini adalah sebagai berikut:
- Dilakukan dengan menyemprot tanaman menggunakan nematisida (Oksamail, Etoprofos dan Karbofuran) terhadap tanaman yang terserang dalam kategori ringan.
- Pemusnahan tanaman terserang pada pusat-pusat serangan, dilakukan jika serangan yang menyebabkan penyakit yang berat (Ernawati et al., 2008).
Dalam Hindayani et al., (2002), disebutkan terdapat beberapa jenis penyakit penting pada tanaman kopi yakni:
- Penyakit karat daun yang disebapkan oleh Hemileia vastatrix, yang dapat menyerang dipembibitan sampai tanaman dewasa. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menanam varitas kopi Arabika yang tahan. Memperkuat kebugaran tanaman melalui pemupukan berimbang, pemangkasan dan naungan yang cukup. Secara kimiawi, melalui penyemprotan dengan fungisida kontak misalnya Anvil 50 SC 0,2% dan Tilt 250 ES 0,1% dll (Wiryadipura dalam PPKKI, 2008).
- Penyakit bercak daun yang disebapkan oleh Mycosphaerella coffeicola, yang dapat muncul di pembibitan sampai tanaman dewasa serta menyerang buah kopi. Pengendalian secara kultur tekhnis, dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan berimbang, pengendalian gulma serta pemangkasan kopi dan tanaman naungan. Secara kimiawi melalui penyemprotan dengan Bavistin 50 WP 0,02%, Cupravit OB 21 0,35% dll (Wiryadipura dalam PPKKI, 2008).
- Penyakit akibat nematoda yakni Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis, tanaman kopi yang terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan gugur. Pertumbuhan cabang-cabang primer terhambat sehingga menghasilkan sedikit bunga, buah prematur dan banyak yang kosong. Bagian akar serabut membusuk dan putus sehingga habis. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati. Pengendalian dilakukan dengan memberikan pupuk kandang 12 kg/ pohon/tahun. Membongkar pohon kopi yang terserang berat. Untuk mencegah penularannya perlu dibuat parit isolasi disekeliling tanaman sakit (dalam 40 cm dan lebar 30 cm) pada jarak 60 cm dari pangkal akar. Menanam jenis kopi yang tahan untuk digunakan sebagai batang bawah, misalnya: kopi ekselsa, kopi robusta klon BP 961 (Hindayani et al., 2002).
- Jamur upas (Corticium salmonicolor), dapat menyerang batang, cabang, ranting dan buah kopi. Infeksi jamur ini pertama kali terjadi pada sisi bagian bawah cabang ataupun ranting. Serangan dimulai dengan adanya benang-benang jamur tipis seperti sutera, berbentuk sarang laba-laba. Selanjutnya pada bagian tersebut terjadi nekrosis kemudian membusuk sehingga warnanya menjadi coklat tua atau hitam. Pengendalian dilakukan dengan memotong batang dan cabang yang sakit sampai 10 cm di bawah pangkal dari bagian yang sakit. Potongan-potongan ini dikumpulkan kemudian di bakar. Memetik buah-buah yang sakit, dikumpulkan dan dibakar atau dipendam. Pemangkasan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban kebun sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal pertanaman kopi (Hindayani et al., 2002).
- Penyakit akar, coklat, hitam, putih (Phellinus noxius, Rosellinia bunodes, dan Rigidoporus microporus), Ada tiga jenis penyakit jamur akar pada tanaman kopi, yaitu (1) jamur akar coklat; (2) jamur akar hitam; (3) jamur akar putih.
Pengendalian dilakukan dengan membongkar pohon terserang sampai keakarnya, lalu membakar. Lubang bekas bongkaran dibiarkan terbuka selama ± 1 tahun. Pohon sehat disekitar pohon sakit dan pohon-pohon sisipan ditaburi Trichoderma 200 gr/pohon dan pupuk kandang atau pupuk organik. Diulang setiap 6 bulan sampai areal tersebut bebas dari jamur akar (Hindayani et al., 2002).
2.2.9. Panen
Tanaman kopi Arabika yang dirawat dengan baik sudah berproduksi pada umur 2,5-3 tahun, tergantung iklim dan jenisnya. Di dataran rendah biasanya tanaman kopi lebih cepat berbuah dibandingkan di dataran tinggi.
Pemanenan buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak. Penentuan kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe) (Ernawati et al., 2008).
Buah kopi yang dipetik matang akan menghasilkan biji-biji kopi yang berkembang penuh dan mengandung unsur citarasa yang khas setelah di sangrai. Biji yang terpetik muda dan belum matang akan menjadi biji yang keriput saat dikeringkan dan berwarna hitam. Maka tidak dapat dibenarkan cara pemetikan secara racutan karena buah yang belum matang dan masih berwarna hijau akan turut terpetik (Siswoputranto, 1993).
Dalam Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis Kopi Gayo (2000), menyebutkan sistem pemanenan yang umum dilakukan di dataran tinggi Gayo adalah sistem petik sortasi buah hijau. Panen harus dilakukan dengan cara berhati-hati dan secara manual yaitu pemetikan menggunakan tangan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan minimal 85% gelondong merah, maksimal 15 % elondong kuning dengan tanpa ada gelondong hijau atau hitam.
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 08:50
S L P H T
PAk TArno yang memberikan pengarahan kepada anggota S L P H T yang terdiri 25orang petani Kopi Ateng. Tentang hama dan serangga yang berada di batang kopi ateng tersebut, dan Kelompok Ini akan di bagi 5, masing-masing 5orang 1 kelompok. Tiap-tiap kelompok akan mengasi tanda pada batang kopi ateng yang akan di ambil contoh serangga apa saja yang ada di batang kopi tersebut, dan mengamatinya setiap minggu kemudian melapor kan nya ke Pasilitator PAk Tarno akan mengindentipikasi serangga tersebut apakah serangga tersebut di Kategorikan hama atau sebailknya.
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 08:02
Selasa, 21 Juni 2011
Kopi Sipirok: Pertemuan selasa 21juni S L P T H di Purbatua
Kopi Sipirok: Pertemuan selasa 21juni S L P T H di Purbatua: "Mengenai perawatan kopi ateng dan pengen dalian hama kopi ateng."
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 20:28
Sabtu, 18 Juni 2011
S L P H T
Sekolah lapang terpadu penanggulangan hama tanaman kopi ateng. Para petani kopi ateng dari desa Purbtua dan sekitar nya berkumpul di kobun Purbtua,setiap hari Selasa jam 8 pagi untuk mengikuti SLPHT.
[BlogThis!] BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Label: S L P H T
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 06:46
Sabtu, 28 Mei 2011
Manggiling kopi
video
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 06:40
Selasa, 10 Mei 2011
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 07:39
Kopi luak
Kami menjual Kopi Luwak.
Kopi terbaik untuk memenuhi kebutuhan Anda para penikmat kopi.
Rasa dan aroma Kopi luwak yang khas cocok bagi anda yang menginginkan sensasi minuman kopi terbaik yang sesungguhnya.
Di sini kami siap melayani mengantarkan Kopi Luwak Asli Ke rumah Anda.
Selamat Berbelanja.
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 07:38
kopi ateng super
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 07:37
Senin, 09 Mei 2011
petani kopi ateng
keberhasilan sejati adalah sesuatu kemenangan ketika kita mengenal diri kita sendiri. Tak ada gunanya kata tampa karya nyata.kita tidak tahu bagai mana hari esok,yang bisa kitalakukan ialah berbuat. Sebaikbaiknya dan mencari jalankeluar untuk hari ini, karena kebangga an kita yang besar adalah bukan tidak pernah gagal tetapi bangkitkembali, setiapkali kita melihat sesuatu hal yang mengganggu pikirankita, ketika satu pintu tertutup pintu lain baru terbuka, namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu ter tutup tersebut, terlalulama hinggakita tidak melihat pintu lain yang telah tebuka, karena kita cari jalan keluar, karena yang terpenting dari suatu olempiade bukan kemenangan tapi ke ikut serta an. Maju terussssssss petani kopi ateng hutasuhut.
0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Link ke posting ini
Reaksi:
Diposkan oleh Kopi ateng sipirok di 05:22
Beranda
Langgan: Entri (Atom)
Tampilan slide
Kebun Purba Tua
620
Pengikut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar